yaiBKTmbgM7PTj7T3_tP5fn_ei-NAK2LXsKVBKmS Aku pernah di titik ingin berhenti hidup - Penamorf
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku pernah di titik ingin berhenti hidup

 

Penamorf - Aku hanya manusia yang hina dan banyak dosa. Aku pernah di titik dimana aku pernah berfikir bahwa dunia akan lebih baik tanpa diri ini. 

Lantas kenapa? Apa penyebabnya? Ada sekian banyak faktor ketika jatuh di lubang yang gelap itu. Ada penerimaan diri yang sangat kurang, banyaknya kegagalan,  rasa lelah yang luar biasa, regulasi emosi yang kurang baik, faktor ekonomi yang berantakan,dan faktor lainnya. 

Keluar dari masalah secara instan, berhenti dan keluar dari kehidupan dunia sepertinya solusi yang tepat.  Namun itu semua urung aku lakukan, karena hidup ini adalah hidup yang sangat berharga. 

Aku memiliki banyak pertimbangan kenapa memilih bertahan : 

1.  Orang Tua

 Ya, mereka berdua salah satu alasan kenapa harus bertahan hidup. Apa pantas mereka sudah bersusah payah, lantas anaknya mengakhiri hidup seenaknya.

Bukannya masih ada harapan dan mimpi untuk membahagiakan orang tua. Ya meski kadang hubungan dengan orang tua naik turun layaknya rollercoster. Sebagai anak melihat orang tua bahagia pasti bahagia bukan? 

2. Banyak nikmat dunia yang belum dirasa

Dunia ini ada banyak keindahan yang belum tentu dirasakan oleh indera yang kita miliki. Aku bertahan hari demi hari, karena ada makanan enak yang belum tentu bisa dirasakan di alam kubur sana. 

Aku juga belum pernah menjajakan kaki di eropa, menapakan kaki ke tanah suci Mekah dan Madinah. Jadi kalau mati muda dengan cara mengakhiri diri bukanlah hal yang  pas, atau patut. 

3. Dosaku masih banyak.

Dosa, ya salah satu poin yang saat ini aku takuti. Cita-citanya si masuk surga, tapi kerap kali menyakiti orang lain, kadang juga berbuat maksiat.

Panasnya api neraka sudah pasti tidak mungkin aku tahan. Tidak bisa dibayangkan siksaan siksaan yang tertulis dalam kitab suci dan juga hadits. 

Konon katanya, meninggal dengan mengkahiri diri berakhir abadi di neraka. 

4. Orang di sekitarku

Memang aku bukanlah orang yang bisa dekat dengan banyak orang.  Mungkin karena tembok yang kubangun begitu dingin, tebal, dan dingin.

Orang-orang disekitarku. Entah teman, orang tua, sahabat, rekan kerja. Bisa jadi mereka malah sedih atas  kehilanganku.

5. Kita semua berharga 

Seberapa kalutnya hidup, jangan sampai kita mengakhiri hidup. Hidup ini keberkahan di dunia. Maka dari itu syukuri saja. 

Beberapa orang mungkin sudah muak dengan kata-kata itu. Tapi bertahan lah. Daripada menyesalinya.


Hidup ini  kadang memuakan.Tapi mengakhiri hidup  bukanlah jawaban yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang rumit.