Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ngeri Ngeri Sedap P2P Lending bidang Pertanian di Indonesia


Penamorf - Investasi P2P Lending bisa dikatakan tidak akan mati sampai kapanpun. Alasannya karena sumber pendanaan kredit yang mudah diakses daripada bank adalah melalui P2P lending. 

Di Indonesia sendiri ada P2P Lending produktif dan juga P2P Lending konsumtif. Contoh P2P Lending konsumtif  : Easycash. rupah cepat, dll.  Sedangkan P2P Lending produktif yang ada di Indonesia contohnya  Koinworks, Amarta, Akseleran, dll. 

Kebanyakan P2P Lending Produktif di Indonesia bergerak untuk mendanai bisnis ataupu UMKM. Dan ada juga yang mengkhususkan satu sektor yaitu sektor pertanian. 

Salah satu P2P Lending di bidang pertanian adalah Tanifund. Selain tanifund diluar sana ada iGrow, Vestifarm, dan Crowde.co

Sejauh ini admin Pena hanya tahu kasus TaniFund. P2P Lending yang masih satu grup dengan startup TaniHub Group. 

Kasus P2P Lending Pertanian di Indonesia

Hampir semua P2P Lending pertanian di Indonesia itu bermasalah. Admin Pena check melalui Google Reviews. Mulai dari TaniJoy, Tanifund, hingga vestifarm. Semua keluhan sama, imbal hasil molor atau bahkan gagal bayar . 

Tentu dengan adanya kasus gagal bayar dan imbal hasil yang tidak kunjung dibayarkan, membuat para lender jadi geram dan kapok. 

Apa yang menyebabkan P2P Lending Pertanian di Indonesia kurang mujur? 

Yang membuat P2P Lending pertanian di Indonesia kurang mujur tentu ada banyak faktor. Wajar bila banyak yang tidak merekomendasikan investasi di P2P Lending Pertanian yang satu ini : 

1. Regulasi OJK yang kurang tegas

Regulasi OJK bisa dikatakan tidak jelas. Saat lender bersatu dan mengeluhkan kondisi suatu platform, OJK malah mengembalikannya lagi kepada lender. Maksudnya lender harus siap dengan risiko gagal bayar. 

Memang risiko gagal bayar  itu ditanggung oleh lender. Tetapi sebagai lembaga resmi yang mengawasi  harusnya membekukan praktik P2P Lending yang sering mengalami gagal bayar. 

2. Iklim bisnis pertanian kurang mendukung

Bisnis pertanian di Indonesia memang naik turun seperti biasa.  Namun dengan adanya kasus P2P Lending, apakah  bisa disalahkan juga bisnis pertanian yang ada?

Ya sudah pasti. Sektor pertanian merupakan sektor yang sering dikorbankan. Ketika pemerintah hobi impor ini itu, harga produk pertanian lokal juga kalah. 

Tentu imbal hasil dari P2P Lending pertanian kurang mendukung. 

3.Tidak transparan 

Hampir sebagian besar P2P Lending yang bergerak di sektor pertanian tidak transparan. Alasannya mungkin karena arus kas, kredit, dll mengalami kemacetan. 

Alhasil supaya tidak mengecewakan lender, mereka menutupinya dengan mengulur waktu pengembalian dana. 

Yap itu dia alasan kenapa P2P Lending di bidang pertanian tidak berjalan dengan baik di Indonesia. Sangat disayangkan, mengingat Indonesia saat ini merupakan negara agraris. Populasi petani memang semakin menyusut. Namun, hadirnya P2P Lending adalah awal kebangkitan untuk pendanaan di sektor pertanian.  Bila pemerintah tidak membenahi ini, kapan majunya P2P Lending pertanian.